Pesan Penjudi
Setelah selesai mengerjakan rutinitas akhir pekan di Bintaro (6 Nov 2021), aku pulang bersama krl. Berjalan santai dari St. Tanah Abang ke kosan karena jaraknya dekat menurut kakiku dan disamping itu karena bisa sekalian mikir, dan mampir. Sampai di kosan kulihat Mas eR belum pulang. “Rung rampung, Mas?” pertanyaan retoris otomatis yg selalu kuucapkan setiap kali melihat dia belum pulang. Mas eR adalah tukang bangunan yg sudah kusapa sejak ia terus-menerus merenov kosanku, sejak delapan bulan yg lalu, sejak penghuninya baru lima orang.
Pembicaraan malam ini kalau tidak salah dimulai dengan membahas jaring nyamuk. Lalu berlanjut hingga kisah bisnis yang pernah ia jalani di Sumatera dulu, yang tidak akan pernah kuketahui hanya dengan mengobrol singkat tanpa lebih jauh bercerita. Bahkan setelah obrolan singkat itu kulakukan setiap hari sejak delapan bulan yg lalu. Kalau kalian bertanya ‘lalu kenapa dia jadi tukang bangunan?’, jawabannya adalah karena judi. Dia kehilangan lebih kurang ½M karena berjudi.
Soal bisnisnya, motor-motornya, mobilnya, rumahnya, di catatan ini akan kukesampingkan karena akan lebih mudah untuk kalian cari di buku-buku best seller terbitan Gramedia. Tapi terkait judi, ini yg bisa kucatat dari praktisi judi yang sudah bertaubat:
Pertama kali Mas eR mengenal judi adalah berkat waktu luang di masa suksesnya. Berangkat jam 9 pagi pulang jam 1 siang, nampaknya tidak melulu menjadi hal yang baik. Kelebihan waktu luang yang tentu membikin bete membuat Mas eR mencari alternatif suasana. Awalnya cuma ke warung buat ngopi, katanya. Tapi karena lingkungan (alasan yg klasik banget) mas eR mulai iseng coba-coba, karena pun bayarnya ngga seberapa, cuma 10rb an barangkali buat sekali coba.
Di warung kopi itu ada judi tembak ikan, yang bisa dimainkan tanpa memerlukan banyak tenaga maupun pikiran, katanya, murni bisa dilakukan sambil iseng. Namun ternyata memang begitu cara judi bekerja, dari yang awalnya cuma iseng ia berubah menjadi candu yang bahkan menjelma menjadi sebuah kewajiban bahkan ritual. Menurut kesaksian Mas eR, awalnya tembak ikan cuma iseng aja, terus berubah jadi keharusan yg kalo belum dilakuin kayaknya ada yg kurang. Sampai malam hari pun, kalau belum ngelakuin, Mas eR bakal ngebela-belain keluar rumah buat cari ‘lokasi’.
Ternyata memang begitu cara judi bekerja.
Selain membikin candu, cara kerja judi lainnya adalah membikin penasaran. Dari judi tembak ikan yang sepele, singkat cerita Mas eR akhirnya menjelajah ke semua jenis judi: judi togel, judi online, atau apapun jenis judi yang bisa kita sebutkan. Bagaimana tidak menjadi candu dan membikin penasaran, hanya dengan 10rb yg Mas eR investasikan, ia bisa berubah menjadi 17jt tanpa usaha, ajaib bukan? It is too good too be true.
Tapi, kata Mas eR, judi memang tidak ada menangnya. Memang betul secara harfiah ada kalanya peserta judi itu ‘menang’. Tapi, menurut Mas eR, akan selalu lebih banyak kalahnya.
Kurang lebih begini siklus hidup judi Mas eR sampai ia bisa memberi pesan yg klasik banget soal ‘judi itu memang tidak ada menangnya’:
1. Pertama kali judi karena coba-coba.
2. Karena penasaran akhirnya tambah lagi dan lagi alias kecanduan.
3. Kaget saat lihat pembukuan keuangan kacau.
4. Bukannya stop, Mas eR hanya berniat mengurangi tapi tetep masih berjudi.
5. Setelah rugi banyak, Mas eR dendam, dalam pikirannya saat itu: karena sudah rugi banyak, ia harus bisa mengambil kembali seluruh uangnya, dengan cara memenangkan judi untuk yang terakhir kalinya.
6. Bukannya kembali, ternyata uangnya malah habis sekalian.
Seperti Kepler, mungkin sebaiknya aku menganalogikan pesan-pesan berharga dari Mas eR ini pada persoalan-persoalan lain yang intinya serupa, bahkan apabila tampilan permukaan nya berbeda sama sekali.
Dan di bawah ini catatan lain yang tidak kalah berharga dari perbincangan bersama Mas eR:
1. Gurunya dulu mengajarinya untuk menabung di banyak celengan dengan adil. Kalau semisal ada 4 celengan, lalu ia mau memasukkan Rp1.000 ke salah satu celengan, maka ia harus memasukkan Rp1.000 juga ke celengan yg lain. Setelah tertabung, apabila ada apa-apa ia bisa pakai seluruh uang di salah satu celengan dan menggantinya dengan celengan kosong yang baru lalu melanjutkan menabung dengan adil. Ini konsep manajemen dana darurat yg menurutku baik, unik, dan menarik.
2. Mas eR yakin kalau: apabila setiap orang mau berusaha, pasti suatu saat orang itu akan diberikan masa keemasan selama beberapa lama. Yang Mas eR takutkan adalah: bahwa ia telah diberi masa keemasannya.
3. Rezeki bukan dicari tapi dijemput dan sudah ada takarannya. Tapi.. takaran itu akan ditambah seiring dengan usaha dan rasa syukur yg dimanifestasikan dalam bentuk sedekah.
4. Mas eR suka prinsip hidup orang nun jauh di sana, yg enggan memakai pakaian bagus selagi muda dan lebih banyak menabung untuk hari tua. Karena saat hari tua, manusia lebih tidak berdaya.