Pagi dan Merapi
Yang Tak Pernah Ingkar –
Catatan Gn. Merbabu
2 Feb 2019
04.15
Berbeda dari perjalanan biasanya, perjalanan kali ini saya awali dari Bandung, dari rumah yang telah membesarkan, rumah yang saya tinggali sejak lahir. Menggunakan KA Pasundan jurusan Stasiun Lempuyangan dengan waktu keberangkatan 05.35, maka satu jam sebelumnya adalah waktu yang ideal untuk segera menuju ke Stasiun Kiaracondong mengingat posisi rumah yang berjarak hampir 15km. Peserta perjalanan kali ini hanya dua orang, saya dan Lepak yang berangkat dari rumahnya di Lamongan sana. Kami berencana untuk bertemu di Stasiun Lempuyangan sore ini.
Perjalanan kereta pagi hampir selalu diawali dengan sholat shubuh di Stasiun, duduk di bangku yang telah dipesan, lalu menunggu sampai kereta tiba di tujuan. Namun lagi-lagi tidak seperti biasanya, kereta terhenti di daerah Ciamis, tidak bisa lewat karena menurut kabar KA Malabar mengalami anjlok di antara Stasiun Karang Pucung dan Stasiun Bojong. Turun untuk membeli beberapa cemilan sambil menunggu di bawah bayangan bangunan yang menghalangi terik matahari pagi. Singkat cerita kereta kembali melanjutkan perjalanan dengan perkiraan waktu sampai yang tentu akan terlambat.
13.06
Saya mengabari Lepak bahwa kereta mengalami delay, mungkin selama tiga sampai empat jam lamanya, saya tidak terlalu ingat. Mengabari dengan maksud sedikit merubah rencana, yang tadinya saya bisa sampai duluan untuk segera menyewa peralatan, kini mungkin Lepak akan sampai Lempuyangan lebih dulu. Benar saja, 17.11 Lepak sudah sampai di Lempuyangan sedangkan saya masih di Kutoarjo, dua stasiun menuju Lempuyangan. Pukul 18.30an saya baru sampai di Lempuyangan, bertemu Lepak lalu segera menyusun rencana.
19.00
Rencana awal, kami akan menyewa motor dan tenda di depan Stasiun Lempuyangan. Kami berjalan menyusuri jalan depan stasiun, ke tempat sewa tenda yang ternyata tidak ready, dilanjut mencari sewa motor yang masih tersedia. Cukup sulit untuk bisa dapat sewa motor yang ready di jam segini tanpa booking sebelumnya, apalagi hari ini termasuk weekend. Setelah berputar-putar akhirnya kami dapat juga motor yang pas, 80rb per 24jam kalo tidak salah, kami sewa untuk dua hari dengan jaminan beberapa ID Card.
19.30
Kami melanjutkan rencana mencari tempat persewaaan tenda yang masih ready. Sebelum itu kami menyiapkan beberapa administrasi yang diperlukan untuk registrasi simaksi nanti, beberapa fotocopy identitas maksudnya. Sampai sekitar pukul 20.00 kami berputar-putar Kota Jogja untuk mencari fotocopyan yang buka. Pukul 20.15 kami meluncur ke Krakatau Jogja, tempat persewaan yang saya temukan di Google Maps, melakukan beberapa prosedur persewaan yang dibutuhkan termasuk memberikan jaminan. Jaminan yang dibutuhkan biasanya adalah ID Card, tapi bagaimana bisa kami memiliki begitu banyak ID Card dalam satu hari? Negosiasi akhirnya adalah jalan yang paling ideal, kami bersepakat untuk meninggalkan sejumlah deposit senilai harga barang yang kami sewa, atau setengahnya saya lupa. Selesai dengan urusan persewaan alat, kami mengisi perut yang sedari tadi keroncongan di warung pinggir tempat persewaan.
21.15
Melanjutkan persiapan yang belum tuntas, kami segera mencari tempat untuk mengisi bensin motor. Warung pinggir jalan menjadi opsi yang kami pilih, sekaligus beli beberapa cemilan dengan harga yang terbilang lebih mahal dari biasanya. Mampir ke minimarket yang bukan Alfamart atau Indomaret atau Yomart atau apapun yang biasa kami dengar* untuk membeli perbekalan pendakian yang tidak sampai dua hari satu malam. Beli beberapa air mineral dan mie, dan beberapa jenis makanan lainnya hasil kekalapan untuk segera kami packing di teras depan minimarket pinggir jalan itu.
*setelah ditelusuri nama minimarketnya adalah Toko Pringwulung
22.00
Semua persiapan pendakian sudah ready, perut sudah terisi, selanjutnya tinggal menuju ke basecamp pendakian Gunung Merbabu via Selo, Boyolali yang jaraknya hanya sekitar 57km. Motor disetting sedemikian rupa seperti biasanya agar muat untuk dua kerir, selanjutnya dikebut oleh Lepak sampai ke basecamp. Pukul 23.49 Kami sampai di parkiran basecamp, bayar parkir 5rb lalu lanjut jalan ke basecamp Pak Parman. Jam setengah satu kami mulai menyulam bulu mata.
3 Feb 2019
05.15
Saya bangun dengan kondisi masih setengah sadar, udara basecamp terasa sangat dingin. Menyiapkan segala sesuatu yang dirasa perlu seperti ke kamar mandi dan sebagainya. 06.47 kami memesan makan di basecamp Mbah Jupri. Lepak menyewa satu sleeping bag di persewaan basecamp. 07.21 dalam catatan saya tertulis ‘starto’ yang mungkin berarti kita mulai berjalan ke pos simaksi yang ternyata menurut catatan setelahnya baru buka jam 08.00. Seusai urus-mengurus simaksi, jam 08.25 kami mulai pendakian menuju pos 1.
Jalanan awal sangat rindang dengan trek tanah dan suasana hutan, cenderung curam. Tempo jalan rupanya mengerjai kami yang sudah lama tidak berolahraga, membuat rasa terengah-engah di menit-menit awal, membikin nafas terasa terbatas. 09.16 kami sampai di pos 1. Perjalanan dilanjutkan sampai dengan rest pada pukul 09.52 di depan longsoran yang bisa kami lihat. Ada tiga ekor lutung, atau mungkin owa jawa. Jalan dilanjutkan, dan pukul 10.02 kami melewati pos 2 yang memiliki shelter, kabut melewati kami.
10.41
Kami sampai di pos 3 – Batu Tulis, dari sini terlihat jalur untuk menuju ke Sabana 1, yang tentunya dapat terlihat karena begitu menjulang dan terlihat sangat menanjak. Tanjakan itu kami tapaki satu per satu dimana Lepak akhirnya merasakan kram paha, counterpain selalu menjadi solusi saat-saat seperti ini. 11.11 kami selesai menghabisi tanjakan curam. Bertemu mas-mas, yang menurut saya ia adalah seorang ranger, orang lain pasti juga akan setuju kalau melihatnya langsung. Menurutnya, dengan cuaca seperti ini akan bagus untuk ngecamp di Sabana 2, cerah, badai-badai bulan Januari yang sebulan penuh itu tampaknya sudah reda.
12.00
Kami sampai di pos 4 – Sabana 1, membuat flysheet sederhana untuk masak makan siang karena perut sudah mulai memainkan orkesnya. Masak mie tiga bungkus ditambah rinbee dan minuman hangat di bawah cuaca yang rintik-rintik. 12.50 Kami memutuskan untuk ngecamp di Sabana 1 karena cuaca mulai berkabut. Memilih lahan, mendirikan tenda, dan mensetting flysheet. Dari pukul 14.30an-17.45an kami habiskan dengan tidur di tenda di tengah hujan dan angin yang cukup deras, sangat tidak lazim untuk tidur di jam-jam segini ketika mendaki. Namun bagaimana lagi, cuaca tidak mendukung dan memang kami tinggal melakukan summit attack setelah ini.
18.00
Rupanya hujan mereda dan kabut mulai memudar, matahari yang terbenam di balik awan sangat indah untuk disaksikan, siapapun akan setuju apabila melihat cahaya jingganya secara langsung. 18.27 kami kembali ke tenda, memasak minuman hangat, mengatur barang-barang dalam tenda, makan rinbee, mempersiapkan alat untuk summit attack esok pagi. Di tenda pula kami isi waktu dengan selingan perbincangan tentang kisah-kasih di stapala. Cuma kisah lawas yang selalu lucu untuk dibicarakan.
20.13
Waktunya istirahat.
4 Feb 2019
04.15
Alarm membangunkan dan memberitahu kami untuk segera persiapan, makan imukal dan roti untuk sarapan, memasak air panas untuk bekal dan menyiapkan pdh. Pagi itu nampaknya rintik-rintik kabut begitu tebal dan dinginnya, meski jam sudah menunjukkan pukul 05.10 wib, telat 30 menit atau lebih dari waktu summit attack yang telah direncanakan. Berbekal headlamp kami berjalan dengan jarak pandang minim dan ritme starting up engine yang membuat terengah-engah. Sepuluh menit pertama rasanya napas sangat sesak, sulit sekali mengatur ritme napas, entah memang oksigen yang sedang tipis. 05.20an kami sampai di Pos 5 – Sabana 2, indah dalam suasana kabut sekalipun.
06.13
Kami sampai di puncak, dengan rahmat-Nya kami disilakan menikmati cerahnya pagi hari puncak merbabu 3142mdpl. Kami berfoto, lumayan banyak untuk ukuran kami, menyeduh energen, menikmati lautan awan, hamparan padang rumput yang terbentang, menikmati pemandangan puncak merapi, sindoro, sumbing, lawu, prau, dan banyak puncakan lainnya yang belum kami pastikan namanya. Tidak lupa mengisi obrolan dengan sesama pendaki dan saling menawarkan perbekalan.
07.38
Setelah puas menikmati suasana puncak yang mulai ramai dengan orang-orang, kami memutuskan untuk turun, 07.41 dalam catatan saya betuliskan ‘turun’. 08.06 kami mencapai Sabana 2 dan 08.16 kami sampai ke camp. Selagi memasak mie untuk makan, kami diberi ayam, nasi, kopi, dan gula dari tenda sebelah (mas porter yang kemudian kami temui lagi dalam pendakian sindoro-sumbing), istirahat dan menikmati waktu karena agenda selanjutnya hanyalah turun.
10.00
Kami mulai perjalanan turun setelah merapikan seluruh peralatan camp. Lima belas menit kami lalui untuk sampai ke pos 3, empat menit istirahat, dan tiga belas menit perjalanan hingga pos 2. Pukul 10.40, setelah delapan menit istirahat, kami melanjutkan dua puluh menit perjalanan hingga pos 1. 11.05 s.d. 11.30 adalah catatan waktu untuk perjalanan dari pos 1 menuju ke pos simaksi. Dari 11.30 s.d. 14.00 kami melakukan hal-hal yang dirasa perlu untuk menyelesaikan pendakian, lapor ke pos simaksi, istirahat, cuci-cuci, ganti baju, makan, mengembalikan sleeping bag, dan sebagainya. Pukul 14.00 kami mulai perjalanan kembali ke Kota Jogja untuk segera mengembalikan alat sewaan. Pukul 16.10an kami sampai di Krakatau Jogja, mengembalikan alat dan membayar denda atas frame tenda yang patah-patah atau retak, setidaknya begitu menurut pihak persewaan. Saya ingat Lepak membeli es buah di dekat Krakatau Jogja.
Setelah selesai dengan urusan sewa-menyewa maka selesailah pendakian Gunung Merbabu kami, perjalanan dilanjutkan ke pusat Kota Jogja tepatnya menuju agen travel Rama Sakti. Tiga hal yang belum tuntas menurut catatan di kepala, menjemput Ubong di Stasiun Lempuyangan, mengembalikan motor sewaan, dan kembali menuju Rama Sakti untuk segera memulai pendakian Sindoro-Sumbing. Cerita menjemput Ubong sangat seru untuk diingat-ingat dan dibicarakan berulang-ulang, setidaknya untuk saya. Namun sepertinya itu sudah menjadi bagian dari catatan perjalanan lainnya yang tidak bisa saya gabungkan di sini dan perlu untuk saya ceritakan di catatan perjalanan Sindoro-Sumbing nanti.