Setahun Belajar Membaca
Hari ini (28 Sept 2022), sudah setahun sejak saya mulai belajar membaca buku. Buku yang pertama kali saya baca selama setahun ke belakang ini adalah Filosofi Teras, masih menjadi buku terbaik dalam daftar buku yang akan saya rekomendasikan ke orang-orang. Sepertinya upaya saya untuk belajar membaca buku selama setahun ke belakang membuahkan hasil: saya jadi bisa membaca buku. Selama setahun ini saya berhasil membaca beberapa buku, yang daftarnya akan saya coba tuliskan di bawah ini. Oh iya, daftar ini bakal sekaligus saya urutkan berdasarkan nilai rekomendasi subjektif saya pribadi.
- Filosofi Teras (Henry Manampiring)
Saya menilai diri saya sendiri sebagai orang yang ngga punya terlalu banyak masalah ‘kejiwaan’. Tapi mungkin masalah yang dibahas di buku Filosofi Teras relate banget dengan kehidupan setiap orang. Inti buku ini adalah tentang bagaimana menyikapi hal-hal yang bisa kita kendalikan dan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Meskipun saya ngga punya terlalu banyak masalah ‘kejiwaan’, tapi buku ini saya anggap bisa memperbaiki diri dari posisi -1 (minus satu) ke 0 (nol).
. - Atomic Habits (James Clear)
Memang ngga salah kalo Atomic Habits masuk di setiap daftar rekomendasi buku self improvement terbaik. Karena buku ini bisa menjelaskan dengan sangat baik step-by-step untuk membentuk kebiasaan baik maupun menghilangkan kebiasaan buruk, entah mengapa penyampaiannya yang baik ini menumbuhkan semangat saya buat ngelakuin step-by-step yang Atomic Habits ajarkan. Buku ini sangat praktikal tapi juga sangat kuat penyampaian pesan konseptualnya. Kalau kondisi diri kita udah di posisi 0 (nol), menurut saya Atomic Habits bisa mengimprove +2 atau +3.
. - The Psychology of Money (Morgan Housel)
Buku ini banyak mengajarkan soal bagaimana kita menyikapi uang. Karena mengelola keuangan, menurut Psychology of Money, lebih banyak terkait dengan psikologi daripada soal kecerdasan matematis. Psychology of Money banyak mengajarkan pandangan-pandangan yang, menurut saya, lebih bijak dalam menyikapi soal uang. Bagaimana mengelola uang bukan hanya soal mengumpulkan sebanyak banyaknya tapi juga soal kenyamanan dan ketenangan jiwa.
. - Going Offline (Desi Anwar)
Banyak pemikiran-pemikiran pribadi saya tentang menjalani kehidupan yang sama dengan pemikiran yang penulis tuliskan secara rapi di buku ini. Selain itu, tulisan penulis juga memperlengkap sudut pandang saya tentang cara menjalani kehidupan. Buku ini mungkin saya sukai karena isinya merasionalisasi banyak pemikiran-pemikiran pribadi saya, dan oleh karena itu sangatlah subjektif jadinya. Satu catatan: menurut saya penyampaian pesan di Going Offline agak terlalu emosional.
. - Goodbye Things (Fumio Sasaki)
Buku ini udah saya beli semenjak kuliah, tapi dulu hanya bisa baca beberapa bab aja. Setelah saya baca ulang sampai habis, ternyata buku ini memberikan pemikiran-pemikiran yang saya cari tentang konsep minimalisme (termasuk mengurangi attachment dengan barang-barang yang kita miliki), juga beberapa teknis tentang cara mengurangi barang-barang yang kita miliki. Mungkin karena penyampaian penulis di bab-bab awal yang terkesan ‘garis keras’ soal minimalisme, dulu saya sempat jadi kurang sreg. Tapi setelah baca sampai habis, saya bisa dapet kesimpulan kalau minimalisme itu sangat personal, dan tidak mesti seperti yang penulis Goodbye Things praktikan.
. - The Life-Changing Magic of Tidying Up (Marie Kondo)
Agak mirip-mirip dengan Goodbye Things, tapi juga banyak hal lain berbeda yang disampaikan. Konsep yang bisa saya tangkap setelah membaca buku Marie Kondo adalah bagaimana membereskan kamar bisa menjadi terapi yang baik dalam rangka membenahi hidup, juga konsep soal mengelilingi diri dengan hanya barang-barang yang membawa kebahagiaan. Selain itu buku ini juga berisi teknis membereskan kamar dan mengurangi barang-barang yang kita miliki.
. - Range (David Epstein)
Lagi-lagi buku yang saya pilih untuk dibaca karena isinya bisa merasionalisasi diri saya sendiri. Kurang lebih Range bercerita bagaimana seorang generalis bisa memiliki keunggulan di dunia yang mengutamakan spesialisasi, apa kekuatan dan keunggulan saya dan peran seperti apa yang bisa saya berikan sebagai seorang generalis. Bukunya banyak berisi contoh-contoh generalis dari berbagai aspek.
. - Anak Muda Miliarder Saham (Andika Sutoro Putra)
Mungkin karena sudah memiliki sedikit basic soal instrumen investasi dari hasil kuliah akuntansi dulu, jadi buku ini terasa hanya seperti pengingat ulang atau rangkuman singkat. Tapi sepertinya untuk orang yang awam, buku ini bagus untuk memberikan dasar/gambaran umum soal investasi.
. - Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat (Mark Manson)
Saya udah agak lupa isinya tentang apa aja, tapi kalau ngga salah isi buku ini ngga seperti apa yang judulnya sampaikan. Buku ini ngga menyuruh untuk bersikap bodo amat sepenuhnya, melainkan mengajarkan kita hal-hal apa aja yang seharusnya kita pedulikan. Yang membikin buku ini ada di bagian paling bawah list mungkin karena terjemahan Bahasa Indonesianya kurang bagus, jadi pesan dari bukunya juga tidak bisa tersampaikan dengan baik.
.
Buku-buku yang hanya saya baca satu dua halaman atau satu dua bab dalam periode belajar membaca buku setahun ke belakang:
- The Thing You Can See Only When You Slow Down (Haemin Sunim)
Buku isi sedang dibaca dan baru sampai halaman 66. Sementara ini secara umum isi bukunya bagus. Kalau soal penyajiannya sih debateable bagus atau engga nya.
. - The Art of Thinking Clearly (Rolf Dobelli)
Buku ini dulu sempat jadi salah satu tugas tambahan dari dosen, dan dulu udah sempet ‘tamat’. Di periode belajar membaca buku setahun ke belakang, saya membaca satu dua halaman/satu dua bab di buku ini secara random atau yang judul babnya menarik. Karena setiap bab di buku ini saling lepas jadi bisa dibaca secara terpisah. Mungkin selanjutnya bisa buat saya baca dari awal sampai akhir lagi karena isi buku ini sebetulnya bagus banget. Mungkin kalau udah selesai dibaca ulang, buku ini bisa masuk urutan atas di daftar rekomendasi saya, mungkin.
. - I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki (Baek Se Hee)
Saya baca buku ini hanya sampai selesai bab satu. Saya merasa ngga bisa relate dengan permasalahan penulis. Selain itu penyajian bukunya berbentuk dialog dari awal sampai akhir, agak kurang nyaman buat memahaminya. Bukan berarti bukunya jelek, mungkin karena engga cocok aja.
. - Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya (Haruki Murakami)
Saya beli buku ini saat masih kuliah, sebelum bisa baca buku, dan hanya bertahan beberapa bab aja. Setelah bisa baca buku, saya coba lagi, dan hasilnya masih sama bahkan mungkin lebih parah: hanya sampai halaman 16. Sampai sekarang saya masih ngga kuat kalau disuruh baca novel.
Selain buku-buku yang sudah saya tuliskan di atas, ada beberapa buku yang bisa saya baca sampai habis sebelum saya bisa baca buku, dan saya suka banget sama bukunya.
- Bumi Manusia (Pramoedya Ananta Toer) – SMA
- The Jungle Book (Rudyard Kipling) – Kuliah
Selain menjadi bisa membaca buku dan mendapatkan substansi materi dari buku-buku yang telah berhasil saya baca, proses belajar membaca buku ini juga memberi suatu pembelajaran yang sangat berarti, yaitu bahwa menyadari dan mengakui ‘ketidakbisaan’ adalah satu langkah besar yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar. Dengan menyadari dan mengakui bahwa sebenarnya saya ngga pernah baca buku, ngga pernah punya ketertarikan buat baca buku, ngga punya keinginan belajar, merasa pintar dengan segala pengetahuan yang dimiliki, dan dengan mengumumkan/membagikan kesadaran dan pengakuan tersebut ke publik, saya jadi bisa menerima kondisi diri sendiri yang tidak sempurna, yang tidak sempurna karena tidak bisa membaca buku dalam kasus ini. Dan dari penerimaan atas diri sendiri itu akhirnya saya bisa melangkah dengan pikiran yang lebih ringan. Bahwasanya sangat wajar apabila saya (seorang yang tidak pernah membaca buku ini) salah memilih judul buku (entah terlalu berat, terlalu norak, terlalu feminim/maskulin, terlalu biasa, atau terlalu apapun), ataupun tidak beres membaca habis sebuah buku (hanya dibaca selembar atau satu dua bab), ataupun membeli banyak buku dan hanya membaca satu atau dua saja. Semua itu sangatlah wajar, karena saya hanyalah seorang yang sedang belajar membaca buku dan semua orang tau soal itu, sangat wajar kalau saja masih banyak salah di sana dan di sini.
Ngomong-ngomong soal menyadari dan mengakui, setahun ke belakang saya menyadari bahwa volume bicara saya terlalu kecil dan artikulasi kalimatnya kurang jelas, sehingga sering banget orang lain ngga denger/ngga paham saya lagi ngomong apa, untungnya sebagian orang bisa baca bibir jadi masih bisa paham. Selain itu, belakangan ini saya juga menyadari bahwa saya ngga bisa speaking bahasa inggris dengan lancar, dan karena speaking bahasa inggris udah jadi hal yang wajib di jaman sekarang, kayaknya saya udah ketinggalan dari orang lain (ketinggalan dalam hal yang positif).
Jadi kedepannya saya harus mulai belajar ngomong dengan jelas, juga mulai belajar speaking bahasa inggris. Kalau untuk bisa membaca buku butuh waktu setidaknya satu tahun untuk belajar, kira kira untuk ngomong dengan jelas dan speaking bahasa inggris butuh waktu berapa lama ya?