orienteering 2024!
kembali berlari,
kembali bersenang-senang,
kembali berkompetisi!
Aku lupa persisnya kapan, tapi sejak awal tahun 2024 aku sudah melist jadwal lomba-lomba orienteering yang suatu saat bisa aku ikuti kalau timing nya tepat. Saat itu sepertinya masih semester dua perkuliahan yang agaknya masih terlalu padat untuk diselingi ikut lomba. Tapi keinginan itu ada. Keinginan bersenang-senang berlari sepanjang rute yang akan menjadi kejutan.
30 April 2024, Gandong, juniorku di stapala, menginfokan via whatsapp bahwa stapala sudah mendaftar lomba orienteering di tegal yang tempo hari aku bagikan posternya, disertai kalimat kulo nuwun untuk menambahkanku ke grup “tim orienteering stapala” terkini (entah berapa grup “tim orienteering stapala” yang sudah aku ikuti) dan meminta bantuanku untuk menjadi “pembina”/ “pembimbing” latihan mereka kalau menurut kamus Gandong. Tentu saja permintaan itu, yang disertai semangat khas stapala di dalamnya, tidak bisa aku tolak. Aku tau betul perasaan semangat yang mereka, atau setidaknya Gandong, rasakan.
Singkat cerita aku membuat program latihan untuk mereka, termasuk sempat satu kali aku datang langsung ke posko sc untuk sharing dan melakukan simulasi. Dari antusiasme dan hasil simulasi mereka, aku melihat adanya potensi. Dan benar saja, Sebong mendapat juara satu di lomba tegal itu. Juaranya Sebong membuatku sangat senang dan bangga, juga semakin membuatku ingin kembali mengikuti lomba.
Juli 2024, bulan kedua dari libur semester genap, aku kembali mengikuti Dieng Orienteering Race. Bisa dibilang “tanpa persiapan”. Selama Januari s.d. Juni tercatat aku hanya berlari sekali, dua, atau tiga kali dalam sebulan. Pada Juli sebelum lomba, hanya tercatat dua kali. Sama sekali tidak bisa disebut sebagai persiapan. Efeknya sangat terasa pada hari h: terengah-engah alias kedodoran. Di hari-h yang sama, Bang Bitel mendapatkan juara di kelas umur 30 tahun. Sebelum lomba hari ini saja aku sudah kagum dengan half marathon dan program latihan yang ia lakukan, dan hari ini dapet juara, keren banget menurutku. Ditambah lagi beberapa minggu setelahnya marathon, 42k, joss. Bang Bitel membuatku termotivasi dan bersemangat untuk kembali berlari.
Di hari-h lomba DOR, setelah race, aku tanya tanya ke Bang Bitel dan Bang Cudang soal “latihan lari” dan mereka menjelaskan abcd, yang waktu itu belum begitu aku mengerti, tetapi cukup untuk membuatku ingin berlatih. Beli smartwatch, yang kali ini tanpa banyak pikir panjang, masuk dalam urutan cerita kalau diizinkan. Tujuannya supaya bisa mengukur detak jantung dan statistik lainnya. Abcd yang waktu itu aku belum mengerti, aku coba cari referensinya di internet, dan langsung aku praktikkan. Seminggu setelah itu, Bang Bitel mengirimkan menu latihan, membuatku tambah semangat.
Pertengahan agustus, Borobudur International Orienteering Race, lomba selanjutnya dalam list yang sudah kubuat. Setidaknya kali ini lumayan ada persiapan.
Dua hari sebelum hari-h, Siten, juniornya Gandong di stapala menanyaiku via whatsapp. “Ikut Borobudur juga ya bg” kalo menurut kamus Siten. Akhirnya aku, Siten, dan Gandong berlomba bersama di sana. Selama hari-h, aura antusiasme mereka menular padaku, membuatku kembali bersenang-senang, termasuk atas kejadian terperosok di earthbank, kacamata jatuh, dan berlari dengan pandangan kabur di sisa sembilan poin setelahnya.
Lomba selanjutnya di list adalah IOOC 2024 pada tanggal 31 Agustus dan 1 September 2024. Aku melanjutkan menu latihanku: maf, interval, tempo, strength sebisaku sesuai catatan yang diberikan Bang Bitel. Dari catatan statistik yang aku lihat dan rasakan, latihan ini benar memberikan peningkatan pace secara berangsur-angsur.
Latihan bareng orienteering di kampus binawan masuk dalam rangkaian cerita, di momen ini Andi Tri Kusuma, kenalan baru di Batavia bebagi tips orienteering: melipat peta, dan thumbing (menunjuk posisi khayalan kita di peta menggunakan jempol). Melipat peta pernah satu kali ditegaskan oleh Bang Bitel, dan sudah lumayan kupraktekkan di DOR maupun BIOF, meskipun sepertinya belum maksimal. Sedangkan thumbing baru kali ini aku dengar dan sebuah insight yang bagus.
Hari-H IOOC, targetku sendiri adalah push semaksimal mungkin.
Lomba kali ini dari Batavia Orienteering cukup banyak yang ikutan, seru. Suasana ikutan lomba dan bersenang-senang bareng akhirnya aku rasakan lagi. Beberapa anggota Batavia juga mendapat juara, dan aku ikut senang. Meskipun di lomba kali ini aku masih belum jadi juara, tapi targetku di titik kali ini sudah cukup tercapai: #5 dan #6 di klasemen peserta Indonesia. Hasil dari latihan kali ini, juaranya Bang Bitel di lomba-lomba terakhir, membuatku kembali semangat untuk berkompetisi. Bahkan sepertinya bukan tak mungkin, dengan latihan yang konsisten, aku bisa lebih unggul dari Andi Tri Kusuma, Andi Lalang, Asep Sumardi atau nama-nama terkenal lainnya.
Batavia Orienteering pada Day 1 IOOC 2024
Semangat tulisan ini dibangkitkan kembali oleh pesan singkat Omol, seniornya Gandong di stapala.
// Petojo Selatan, 7 September 2024
—
Bogor Orienteering Competition adalah race selanjutnya, juga mungkin menjadi yang terakhir kuikuti di tahun 2024. BOC adalah saat yang tepat untuk mencoba meraih podium, mengingat di IOOC sangat banyak peserta dari luar negeri yang mana levelku belum mampu bersaing dengan mereka. Terlebih BOC sepertinya diinisiasi oleh Asep Sumardi dkk, membuat peluang meraih podium lebih besar lagi (Asep Sumardi masih sangat sulit dikejar!). Targetku tinggal berfokus untuk mengalahkan Andi Tri Kusuma, sesama anggota Batavia Orienteering.
Beberapa hari sebelum race, daftar peserta dibagikan oleh panitia. Secara umum, ternyata peserta BOC ini tidak terlalu banyak. Di kelasku, M21, hanya ada delapan orang ditambah dua dari Batavia yang belum terdaftar berarti menjadi sepuluh. Kalau ngga podium sih kebangetan!
H-2 race, panitia membagikan buku teknis perlombaan. Dua hal yang menjadi catatanku: kelas M30 digabungkan ke M21 winning time sprint 12-15mnt. Pesaing di kelas M21 bertambah menjadi 15 orang termasuk Bang Boraks. Malam saat pengambilan bib, Andi mengirim foto daftar peserta M21, dan kulihat ada nama Gema Adjie, fokusku bertambah satu. Pagi saat warming up, ada satu muka yang familiar dari kelas M30 (setelah race aku tau namanya Alvin) yang aku tau ia pesaing yang kuat, bertambah lagi satu fokus.
Saat warming up heartrateku sangat tinggi, setelah kuingat ingat, malam tadi memang aku sulit tidur dan mungkin hanya 3 jam, dari jam 1 sampai jam 4, itupun tidak nyenyak. Membuat agak khawatir apakah di race nanti aku bisa berlari dengan maksimal.
Giliranku start tiba. Tidak lupa berdoa dan menekan tombol rekam di jam tangan sebelum mulai berlari. Semua kontrol rasanya bisa ditemukan dengan baik, bahkan beberapa bendera kontrol sudah terlihat dari jauh. Rute yang kupilih pun sepertinya efisien, meskipun ada satu kesalahan di poin ke-15 (34) sehingga merugi beberapa detik (untungnya poin 34 yg sebenarnya tidak jauh dari posisiku saat ini di poin yang salah). Metode melipat peta dan thumbing sangat berguna. Meskipun nafasku terengah engah dan sepertinya detak jantungku tidak karuan tinggi (sepertinya keduanya karena kurang tidur), aku mencoba untuk terus push (di dalam kepalaku aku berteriak push push push), tak ingin kecewa karena tidak podium hanya karena tidak push secara total! Termasuk di poin terakhir dan poin finish yang sudah terlihat di depan mata, kupush semaksimal mungkin tanpa mengkonfirmasi ulang ke peta.
Finish, ambil napas, setor dibber, ambil air, kumur kumur, siram kepala, minum, ambil napas. Tidak sampai mau muntah, tapi sepertinya yang kulakukan sudah maksimal. Ambil result, waktu total 14:56, masuk winning time, tapi Andi start setelahku jadi belum tau apakah aku lebih cepat atau tidak. Andi finish, waktunya 12:38, kerenn. Memang hasil tidak akan mengkhianati latihan, dan latihan Andi setauku memang lebih keras, well deserved, good job.
Harap-harap cemas apakah aku bisa podium dengan waktuku. Gema dan Alvin belum diketahui posisi ke berapa, sampai akhirnya aku melihat ke meja timing system dan melihat Alvin di posisi 2 dan aku di posisi 3. Gema ada di posisi 5 setelah Galut. Cukup lega mengingat race kali ini peluangnya sangat besar untuk bisa podium, dan bisa dimanfaatkan dengan baik. Podium 3 hasil usaha dan keberuntungan (karena Asep Sumardi tidak ikut serta, serta atlet altet Jateng lain banyak yang tidak ikut juga), namun aku senang bisa mendapatkannya. Aku kembali berkompetisi.
Podium #3 pada BOC 2024
Meskipun, tetap ada kekecewaan mengapa tidak bisa meraih posisi 2, yang hanya terpaut 39dtk. Kuakui latihanku setelah event IOOC tidak begitu maksimal karena kesibukan kerja yang sedang tinggi dan kuliah yang sudah mulai aktif kembali. Mungkin ini adalah hasil paling maksimalku saat ini, tetapi memang masih banyak ruang perbaikan terutama di sisi konsistensi latihan yang bisa aku improve.
Beberapa catatan penting setelah BOC:
1.Pepatah “alat terbaik adalah alat yang kamu miliki saat ini” adalah benar. Sepatu lariku rusak, dan aku belum berminat membeli yang baru (karena belum prioritas di budgetku juga sih). Sehari hari aku berlatih menggunakan skechers slip on yang biasa kugunakan ngantor. Daripada sepatu baru, sepatu ngantor yang biasa kugunakan latihan ini justru lebih nyaman saat kugunakan berlomba, mungkin karena sudah terbiasa juga. Catatan selanjutnya berarti: jangan berlomba menggunakan alat yang baru dibeli, gunakan saja yang biasa digunakan saat latihan. Jadi tidak ada alasan kalah karena alat, alat terbaik adalah yang kamu miliki.
2.Hasil tidak akan mengkhianati latihan. Latihan setelah IOOC s.d. H-2 BOC hanya memulihkan performaku ke posisi IOOC, tidak ada improvement. Kurang konsisten berlatih.
3.Tidur nyenyak sebelum lomba penting, solusinya apa ya?
Apakah kita lanjutkan berkompetisi di Baturraden November nanti? atau kita cukupkan dulu untuk tahun ini (tanpa mengendorkan latihan)?
// Petojo Selatan, 21 Sept 2024 20.09 WIB
Setelah Bogor Orienteering Race